Renamon - Digimon Moshi Moshi: Penelitian dan Fakta Terbaru tentang Segitiga Bermuda
THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 19 Oktober 2011

Penelitian dan Fakta Terbaru tentang Segitiga Bermuda

Segitiga Bermuda --
wilayah imajiner yang
menghubungkan Puerto Rico,
perairan Florida, dan Bermuda --
tenar karena imej mistisnya. Hal
itu diperkuat fakta ratusan kapal
dan pesawat menghilang di area
itu. Meski akhirnya ditemukan,
sejumlah kapal dalam keadaan
kosong, tanpa kru dan
penumpang yang menghilang
misterius.
Seorang penulis, Vincent Gaddis
in 1964 berpendapat, ada
anomali yang menjelaskan
fenomena aneh tersebut. Namun,
Segitiga Bermuda memperoleh
ketenarannya pada 1974, saat
Charles Berlitz menerbitkan buku
yang mempopulerkan Segitiga
Bermuda sebagai 'Sea Devil' atau
'Laut Setan'.
Pasca itu, berbagai kelompok
ilmuwan meneliti Segitiga
Bermuda untuk menemukan
anomali yang dianggap
bertanggung jawab atas sekian
kecelakaan aneh di sana. Namun
tak ada satupun yang berhasil
ditemukan. US Coast Guard
bahkan menyajikan laporan yang
menyebut, kejadian kapal lebih
sering terjadi di Segitiga
Bermuda dari wilayah lain,
dikarenakan badai.
Pada tahun 1990-an,
ketertarikan pada Segitiga
Bermuda memudar. Namun,
baru-baru ini, ilmuwan dari
Amerika Serikat menemukan
'anomali' lain di Segitiga
Bermuda. Ini tak ada kaitannya
dengan menghilangnya kapal
atau pesawat.
Para ilmuwan Bermuda Institute
of Oceanology yang dipimpin
Professor Craig Carlson
menemukan, permukaan air di
kawasan itu dipenuhi berbagai
macam virus. Kabar baiknya,
virus itu tak mengancam
manusia. Mereka hanya tertarik
pada bakteri laut.
Temuan ini adalah hasil
penelitian oseanografi di bagian
barat laut Laut Sargasso -- yang
berada dekat Segitiga Bermuda
dan Pulau Bermuda -- selama
sepuluh tahun.
Ilmuwan mengungkap, dinamika
organisme mikroskopis itu
terkait dengan musim.
Contohnya, di musim panas, virus
berlipat ganda di di lapisan air
pada kedalaman 60 sampai 100
meter. Jumlah mereka bisa
mencapai sepuluh juta partikel
per satu tetes air. Di musim
dingin, mereka tidak terdeteksi
di permukaan, organisme itu
memilih tinggal di lokasi yang
lebih dalam.
Yang juga menarik, analisis para
peneliti mengungkapkan, 90
persen dari DNA virus belum
dikenal dalam ilmu pengetahuan.
Mereka termasuk bakteriofag --
virus yang memangsa bakteri.
Ilmuwan juga menemukan
molekul organik bakteri mati di
sekitar virus tersebut. Itu
menjadikan permukaan air di
kawasan tersebut kaya nutrisi.
Ini berarti bahwa bakteriofag
membentuk ekosistem
mikroskopis di mana mereka
tinggal.
Virus tersebut menciptakan
'kafetaria' di kawasan tersebut.
Tak hanya menarik organisme
plakton, tapi juga membuat Ikan
paus dan lumba-lumba datang
dan mencari makan di sana.
Para ilmuwan mengaku takjub
dengan temuan yang mereka
hasilkan. Sebab, sebelumnya
mereka tak mengetahui peran
virus ini dalam formasi ekosistem
kelautan. Menurut ahli kelautan,
virus laut kurang dipahami
karena mereka sulit untuk
ditangkap. Tapi sekarang jelas,
mereka tak terhitung jumlahnya
di semua lautan dan samudra.
"Jumlah mereka 95 persen dari
total biomassa laut. Artinya,
jumlah virus bahkan lebih besar
dari kombinasi krill (sejenis
udang kecil), ikan dan hewan
yang lebih besar seperti ikan
paus. Mengingat laju multiplikasi
virus dan jumlah mereka,
menjadi jelas betapa pentingnya
peran mereka dalam siklus hara
di planet ini," kata salah satu
penulis, Dr Rachel Persons.
Meski penelitian dilakukan di
Segitiga Bermuda -- lokasi unik di
lautan -- para ahli yakin, dalam
kasus ini tidak ada kelainan
khusus untuk segitiga Bermuda.
Virus juga ditemukan di sejumlah
wilayah di lautan. (sumber:
Pravda)

0 komentar: